Sejumlah pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-Ichi kini sedang mempertaruhkan nyawa, berjuang untuk menyelamatkan seluruh negeri dari krisis nuklir parah.
Mereka sedang berusaha menyambungkan kembali kabel, mengecek peralatan, dan mendinginkan reaktor nomor 3 dan 4.
Tak ada yang tahu pasti, siapa saja nama orang-orang berani itu. Mereka hanya dikenal dengan sebutan 'Fukushima 50' atau 'Samurai Nuklir Fukushima'.
Dari sejumlah gambar yang diambil dari dalam PLTN, untuk kali pertamanya, dunia mengetahui kondisi mereka yang bekerja di tengah kegelapan dan hawa yang menyengat.
Mereka sedang berusaha menyambungkan kembali kabel, mengecek peralatan, dan mendinginkan reaktor nomor 3 dan 4.
Tak ada yang tahu pasti, siapa saja nama orang-orang berani itu. Mereka hanya dikenal dengan sebutan 'Fukushima 50' atau 'Samurai Nuklir Fukushima'.
Dari sejumlah gambar yang diambil dari dalam PLTN, untuk kali pertamanya, dunia mengetahui kondisi mereka yang bekerja di tengah kegelapan dan hawa yang menyengat.
Mengenakan pakaian pelindung para pekerja sedang berjuang, dalam kondisi sepenuhnya sadar, bahwa radiasi bisa membunuh mereka kapanpun.
Sudah lima pekerja dilapokan tewas dan 15 terluka dalam medan pertempuran Fukushima. Salah satunya seorang manajer berusia 30-an yang ditarik keluar dari PLTN karena menderita paparan radiasi yang melewati ambang batas, 100mSv per tahun.
Pria itu tak menyerah, ia bermaksud kembali ke PLTN dan melanjutkan perjuangan. "Kalau batas radiasi dinaikkan menjadi 250 millisieverts, saya pasti akan kembali," kata dia seperti dikutip news.com.au.
Pria itu tak menyerah, ia bermaksud kembali ke PLTN dan melanjutkan perjuangan. "Kalau batas radiasi dinaikkan menjadi 250 millisieverts, saya pasti akan kembali," kata dia seperti dikutip news.com.au.
Nantinya ketika krisis nuklir teratasi, para saurai nuklir ini tak akan diizinkan masuk ke PLTN sekurangnya dalam lima tahun, atau bahkan seumur hidup.
Namun, saat itu juga, nama-nama mereka akan terungkap ke publik. Jepang dan dunia akan mengenal mereka sebagai pahlawan yang gagah berani. "Anda semua adalah pahlawan dunia modern," demikian tertulis dalam poster di Ni Channeru -papan elektronik terbesar di dunia.
Tapi, yang paling cemas tentu saja para keluarga dan kerabat yang harap-harap cemas menunggu kejelasan nasib para pekerja. Seorang perempuan, misalnya, mengaku suaminya nekat terus bekerja meski tahu ia bakal dibombardir radiasi. Dalam sebuah pesan email, sang suami menulis, "Teruslah hidup dengan baik, aku belum bisa pulang."
Namun, saat itu juga, nama-nama mereka akan terungkap ke publik. Jepang dan dunia akan mengenal mereka sebagai pahlawan yang gagah berani. "Anda semua adalah pahlawan dunia modern," demikian tertulis dalam poster di Ni Channeru -papan elektronik terbesar di dunia.
Tapi, yang paling cemas tentu saja para keluarga dan kerabat yang harap-harap cemas menunggu kejelasan nasib para pekerja. Seorang perempuan, misalnya, mengaku suaminya nekat terus bekerja meski tahu ia bakal dibombardir radiasi. Dalam sebuah pesan email, sang suami menulis, "Teruslah hidup dengan baik, aku belum bisa pulang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar