Sabtu, 02 Juni 2012
Burung Pleci (Kaca Mata) atau Oriental White Eye
Burung Kaca Mata/Pleci/Siki Nangka atau bahasa ilmiahnya Zosterops palpebrosus adalah burung kecil dari family Zosteropidae yang merupakan bangsa burung petengger (passeriformes). Burung ini dinamakan burung kacamata karena kebanyakan anggotanya memiliki lingkar bulu keperakan di sekitar mata (terlihat seperti kacamata). Habitat burung ini terdapat di hutan-hutan terbuka kawasan Asia, dapat ditemukan di dataran India ketimur sampai China dan Indonesia. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal dengan nama Oriental White Eye.
Burung ini merupakan jenis burung yang senang bergerombol atau berkelompok, membentuk koloni besar yang bergerak dan mencari makan bersama di tajuk pepohonan. Bahkan tidak jarang ditemukan juga berbaur dengan kelompok burung kecil lain seperti burung sepah dan cikrak. Meskipun sebenarnya burung kacamata bersifat pemakan serangga, namun ia pun memakan nektar dan aneka jenis buah. Mudah dijumpai di Sumatera, Jawa, Bali, Sumba, dan Flores namun terbatas persebarannya di Kalimantan.
Di Jawa, burung ini bertelur dari Januari hingga Oktober. Telur berjumlah kurang lebih tiga (2–5) butir berwarna biru pucat, diletakkan pada sarang berupa cawan kecil yang khas bentuknya. Sarang ini terbuat dari akar-akaran, tangkai dan tulang daun, dan bahan-bahan tumbuhan lainnya, serta dihiasi dengan lumut. Sarang diletakkan di percabangan ranting atau rumpun bambu, sekitar 2–4 m di atas tanah.
Burung kacamata yang hanya endemik di wilayah Sumatera adalah burung kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii, sementara burung yang khusus endemik di Jawa adalah burung Opior Jawa (Lophozosterops javanikus) yang terdiri dari L. j. javanica (Jawa Tengah) dan L. j. frontalis (Jawa Barat).
Burung kacamata dan opior endemik Kalimantan adalah burung kacamata belukar atau Zosterops everetti, burung opior kalimantan atau Oculocincta squamifrons, burung opior mata hitam atau Chlorocharis emiliae.
Burung kacamata topi-hitam atau topi-hitam Zosterops atricapilla hanya endemik di Kalimantan dan Sumatera sementara burung kacamata jawa atau Zosterops flaus endemik di Jawa dan Kalimantan.
Burung opior yang khusus endemik di Jawa dan Bali adalah burung opior jawa atau Lophozosterops javanikus. Sementara burung kacamata gunung atau Zosterops montanus hanya ada di Sumatera, Jawa dan Bali.
Burung kacamata yang merupakan endemik di Sumatera, Jawa-Bali dan Kalimantan adalah burung kacamata laut atau Zosterops chloris.
Ciri-ciri jenis burung kacamata:
Kacamata biasa atau Zosterops palpebrosus terdiri dari ras Z. p. melanura (bagian terbesar jawa) dengn perut kuning seluruhnya, dan ras Z. p buxtoni dan auriventer (jawa ujung barat, Kalimantan, Sumatera) memiliki pita kuning sempit pada perut tengah bawah.
Kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii seperti Kacamata biasa tetapi perut berwarna putih krem.
Kacamata topi-hitam atau Zosterops atricapilla memiliki kening dan mahkota kehitaman.
Kacamata belukar Zosterops everetti seperti Kacamata biasa tetapi pita pada dada bawah tengah kuning lebih lebar; mahkota depan kekuningan.
Kacamata gunung atau Zosterops montanus punya iris pucat; tidak ada warna kuning pada perut; sisi tubuh kecoklatan.
Kacamata Jawa Zosterops flaus lebih kecil dan lebih kuning dari kacamata laut; tidak ada hitam pada kekangnya.
Kacamata laut Zosterops chloris berukuran lebih besar dan pucat daripada kacamata jawa; bintik di sekitar kekang hitam.
Opior Jawa atau Lophozosterops javanikus pada tenggorokan berwarna abu-abu, lingkar mata tidak lengkap, dan kekang kuning. Burung ini ada dua jenis yakni L. j. javanica (Jawa tengah) dan L. j. frontalis (Jawa barat).
Opior Kalimantan atau Oculocincta squamifrons berukuran sangat kecil; lingkar mata putih sempit; mahkota depan berbintik-bintik.
Opior mata-hitam atau Chlorocharis emiliae berukuran besar; paruh panjang kemerahan; lingkar mata dan kekang hitam.
Gengsi burung pleci melejit dan mungkin bisa punah
Di tanah air, khususnya di Jabodetabek hampir setahun belakangan ini popularitasnya terus merangkak naik bahkan tengah jadi primadona di kalangan pecinta burung. Sekarang pleci diburu dan ditangkap secara berlebihan. Hampir disemua kios burung menjual pleci dari yang dewasa juga anakannya. Tinggal menunggu waktu kepunahan jika tidak disertai dengan penangkaran burung ini.
Burung merupakan mekanisme alam yang diciptakan Tuhan untuk menjaga kestabilannya. Salah satu caranya adalah mengendalikan jumlah hama serangga sehingga tidak terjadi ledakan populasi (over populasi). Alam memang menyediakan semua untuk manusia, seharusnya kita sadar untuk tetap menjaga keseimbangan ekosistem agar tidak rusak. Jika ini terjadi, maka yang rugi adalah kita juga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar